Etika Memajang Gambar untuk Branding Kegiatan
Tulisan singkat ini semata-mata menjadi nasehat untuk diri saya. Selebihnya adalah untuk pembaca budiman. Latar dari patahan uraian ini berawal dari trend menggunakan objek gambar untuk daya tarik suatu kegiatan.
Suatu ketika, ada organisasi mahasiswa menggunakan objek gambar ulama kharismatik, untuk publikasi kegiatan kampusnya. Srut... srut... srut.... tak lama kemudian poster yang diposting di facebook menjadi viral. Mereka para pengguna media sosial se-umur jagungpun langsung menangkap pesannya, bahwa kegiatan tersebut memiliki kekhasan aroma seperti halnya kekhasan ulasa kharismatik yang dikenakan latar posternya.
Memang tidak menjadi soal, perihal posting kegiatan mahasiswa tersebut. Anggap saja setiap kegiatan mahasiswa itu mulia. Namun menjadi kacau ketika organisasi mahasiswa tersebut memiliki perjalanan historis yang berseberangan dengan ulama kharismatik tersebut.
Efek postingan yang demikian tentu tidak mencerminkan tentang idealisme sebuah gerakan organisasi kemahasiswaan. Jalan mana yang telah dipilih, seakan menjadi kabur karena postingan mendadak viral. Status dan peranan gerakan yang tadinya heterogen, menjadi semu, gara-gara latar poster yang digunakan.
Usut punya usut, dari hasil obrolan para mahasiswa kritis di warung kopi pojok, ternyata organisasi kemahasiswa itu sedang tersudut terhadap isu gerakan yang digulirkan. Banting setir dengan pura-pura memajang foto ulama kharismatik tentu menjadi pilihan empuk dan menggairahkan, dengan pelan namun pasti bullying kelompok mereka semakin terhindar.
Menyikapi hal tersebut, memang cukup memprihatinkan. Selevel mahasiswa pergerakan saja sudah menggunakan cara kemunafikan. Dan ironisnya, mereka tetap mendapatkan keuntungan dari simbolisasi kharismatik dari ulama, namun disisi lain, infiltrasi dan proyek-proyek mereka tetap tumbuh subur di basis.
Bagi organisasi pergerakan mahasiswa yang menggunakan strategi kacau di atas, tentu diharap segera dihentikan. Apapun alasannya, itu bukanlah potret idealisme gerakan mahasiswa Indonesia yang ideal. Selanjutnya, bagi organisasi masih memegang teguh idealisme (jika masih ada), semoga tidak terpengaruh dengan tipu muslihat poster kegiatan yang ada di unggah di media sosial. Lantas bagaimana menjadi bagian organ pergerakan, khususnya dalam hal ber-etika memanfaatkan gambar untuk branding kegiatan? Mari saling berliterasi.
Ibarat memajang bunga, tentu tidak elok jika yang kita pajang di rumah kita itu bunga milik orang lain. Boleh milik orang, tapi tentu harus ada hal ihwal perijinannya. Tak cukup hanya ijin, pemajang harus merawat bunga tersebut dari sengatan kumbang jahat. Bunga itu harus terjaga setiap detiknya. Bolehlah sang kumbang datang menghisap madunya, namun harus dipastikan bahwa hisapan kumbang itu semata-mata untuk membantu penyerbukan hingga tumbuh pesona bibit bunga baru yang semakin dan lebih kharismatik dari parentalnya. Hanya itu yang bisa, dan selebihnya, tidak boleh.
Dari analogi relasi rumah-bunga-dan-kumbang itu, kata kuncinya adalah “merawat” sebuah gambar menjadi etika memanfaatkan gambar untuk branding kegiatan. Siapapun harus menjiwai alur sentuhan merawat. Lantas bagaimana organisasi mahiswa dalam beretika menggunakan gambar untuk branding kegiatannya? Siapapun dan kapanpun, mereka yang menggunakan sebuah gambar untuk untuk branding kegiatannya, harus melakukan tindakan merawat. Mereka yang tidak memiliki riwayat merawat gambar tersebut, sangatlah tidak etik menggunakan gambar tersebut. Terlebih mereka yang selama ini berseberangan bahkan melawan substansi gambar tersebut, sangatlah tidak elok.
Sedikit menjadi bahan literasi saja, siapapun organisasi kemahasiswaan, sungguh tidak baik menggunakan gambar ulama kharismatik, jika gerakan kemahasiswaan tersebut tidak melakukan tindakan merawat gagasan, sikap, dan teladan ulama tersebut. Ini bukan semata-mata mengalihkan hak, namun ini adalah etika yang perlu di-inkulturisasikan pada organisasi kemahasiswaan. Mau jadi apa bangsa ini, jika mahasiswanya saja tidak peduli dengan etika.
Ekspresi tindakan merawat tentu sangat luas. Tindakan riil dapat dilakukan diantaranya; menulis biografi ulama kharismatik, peneltiian etnografi ulama kharismatik, membedah alur pikir ulama kharismatik, hingga meneladani ajaran dan anjuran ulama kharismatik, harus dilakukan sebelum menggunakan foto ulama kharismatik menjadi latar poster untuk untuk branding kegiatan.
Sumber: https://www.kompasiana.com/es_lodheng/5931814e579373b63a390543/etika-memajang-gambar-untuk-branding-kegiatan
Sumber: https://www.kompasiana.com/es_lodheng/5931814e579373b63a390543/etika-memajang-gambar-untuk-branding-kegiatan
Komentar
Posting Komentar